Selasa, 09 April 2013

Sehari.

Matahari tumbuh tinggi, awalnya dia tiada, kemudian muncul secara tiba-tiba, pelan dengan cahaya yang lembut, membelai wajah bersama semilir angin padang rumput savana yang masih mengandung embun.

Aku membuka mataku, api unggun yang kita bakar semalam sekarang telah menjadi abu dan tinggal asapnya yang terbawa angin, diutara matahari terbit, tapi cahaya-nya lebih banyak memancar dari wajahmu.

Aku lihat bidadari tertidur disampingku, wajah teduhnya ketika tertidur menyamankan hatiku, sayapnya telah patah, ia terjatuh kebumi, meski aku tak tahu asal-usulnya, aku sangat mencintainya.

Ia terbangun, kami memulai lagi hari yang kami tutup kemarin, kami ingin pulang, tentu saja kerumah yang nyaman, bukan tersesat diantara belantara pegunungan dan lembah.

Kami bingung, aku tak bisa berbuat apa-apa selain terus berjalan dan bertahan hidup selagi aku mampu, sementara yang wanita ini lakukan hanyalah mengikutiku, sambil sesekali bertanya...

"Kapan perjalanan ini berakhir? Apa akan selamanya kita akan tersesat? Apa yang akan terjadi kepada kita?"

Aku hanya diam, aku tahu mulutku yang mengering sangat susah menjawab pertanyaan seperti itu, tapi pada akhirnya aku menjawab juga, dengan suara parau, aku berusaha mengatakan apa yang sudah ada diujung lidahku...

"Aku tak tahu kapan perjalanan ini akan berakhir, yang aku mengerti sekarang hanyalah ketika kedua kaki kita masih bisa digerakan, maka berjalanlah terus, jangan berhenti disatu titik dimana kita akan menyerah disana, berjalanlah sesanggup yang kau bisa, karena dunia tidak akan menjemput kita, kitalah yang harus menjumpainya, dan sang waktu tak punya waktu untuk berhenti, hanya untuk menunggu keterlambatan kita, mereka statis, mereka terus berlalu."

"Tidak selamanya kita tersesat, bahkan ketika kita terlalu jauh dari tempat yang kita tuju, kita masih punya kesempatan untuk sampai kesana, aku yakin, kita memiliki kesempatan untuk bisa melakukanya, untuk sampai kesana."

"Dan yang terakhir, aku tak tahu apa yang akan terjadi kepada kita, tapi yang jelas, apapun yang terjadi, tetaplah bersamaku, untuk sehari ini, dan sehari berikutnya, sampai sehari itu habis kita lalui berdua."

Perkataanku diratapinya, tatapan kosong penuh arti, mata indah, rambut yang terurai oleh angin, dan suara yang keluar dari mulut manisnya...

"Sehari? Aku ingin selamanya."

Kemudian hari itu berlalu, dan kami telah sampai ditujuan kami, sebuah altar yang indah, banyak orang berkumpul disana, sayang ketika hal itu terjadi, aku sudah terbangun dari tidurku.