Disini aku, memeluk semua keinginanku sambil berdoa dalam-dalam hanya untuk memohon agar keinginanku yang tak lebih dari jumlah jemarimu ini dikabulkan oleh tuhan.
Aku mencoba bersabar dengan beban itu, aku memikulnya dengan jalan yang ujungnya masih belum terlihat dengan mataku.
Tapi keyakinanku lebih tebal dari aspal yang tumbuh diatas tanah yang aku langkahi, aku percaya mudah bagi tuhan untuk mengabulkan sedikit dari jutaan keinginanku.
Perjalananku yang membuat tubuhku mati rasa ini seolah membuatku tersadar akan sesuatu.
Ada batas yang menghalangi kita, aku melihat batas itu mengabur ketika aku terus memintamu.
Aku merasa tembok besar di hadapan wajahmu perlahan runtuh ketika dengan pasti aku berjalan mendekat kearahmu.
Aku lihat kabut mulai menipis ketika namamu aku tiupkan ke udara lepas dengan sebesit doa didalamnya.
Aku lihat apa yang menghalangiku untuk mendapatkan apa yang aku mau mulai terasa hancur dengan sendirinya tanpa aku harus berusaha menghancurkanya.
Aku merasa baik dengan semua itu, aku merasa ketika mendekatimu, segala ketakutan berlarian menjauh kearah dimana aku tidak perlu melihatnya lagi.
Cintaku untukmu menguatkanku, meski hidup memberi perlawanan sekalipun.